Jumat, 26 Maret 2010

Antropologi Agama (pokok pengertian)

ANTROPOLOGI AGAMA

A. POKOK PENGERTIAN

Antropologi Agama adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mempelajari tentang manusia yang menyangkut agama dengan pendekatan budaya, atau disebut juga Antropologi Religi. Meskipun ada yang berpendapat ada perbadaan pengerian antara Antropologi Agama dengan Antropologi Religi, namun keduanya mengandung arti adanya hubungan antara manusia dengan kekuasaan yang ghaib. Keduanya juga menyangkut adanya buah pikiran sikap dan perilaku manusia dalam hubungannya dengan kekuasaan yang tidak nyata.

Buah pikiran dan perilaku manusia tentang keagamaan dan kepercayaannya itu pada kenyataannya dapat dilihat dalam wujud tingkah laku dalam acara dan upacara-upacara tertentu menurut tata cara yang ditentukan dalam agama dan kepercayaan masing-masing. Dengan demikian Agama tidaklah mendekati agama itu sebagaimana dalam teologi (Ilmu Ketuhanan), yaitu ilmu yang menyelidiki Wahyu Tuhan.

B. LATAR BELAKANG SEJARAH

Perhatian manusia terhadap sikap dan perilaku keagamaan dimulai sejak orang barat berkelana dan mencekaramakan pengaruh kolonialisme dan imperialisme di dunia timur. Diantara yang tertarik berpendapat karena apa yang mereka ketahui merupakan hal-hal baru dan aneh-aneh jika dibandingkan dengan sikap perilaku dan upacara-upacara keagamaan (kristen) yang mereka anut.

Tanggapan aneh tersebut menimbulkan pertanyaan, apakah sikap perilaku keagamaan masyarakat sederhana itu adalah bentuk-bentuk keagamaan dan kepercayaan yang merupakan cikal bakal dari bentuk-bentuk keagamaan yang ada kemudian dan sudah jauh lebih maju, seperti halnya Agama Hindu, Kristen dan Agama Islam. Tanggapan ke arah asal mula dari unsur-unsur universal tentang agama, seperti mengapa manusia percaya kapada adanya kekuasaan yang ghaib, mengapa pula manusia bersikap dan berperilaku dengan berbagai cara dan upacara yang bermacam-macam dalam berhubungan dengan kekuasaan ghaib.

Para sarjana yang mengolah labih lanjut tentang keagamaan primitif berpendapat bahwa agama tau religi dan kepercayaan kuno itu adalah sisa-sisa dari bentuk agama purba yang dianut oleh seluruh umat manusia ketika budayanya masih sederhana. Jadi, bukan hanya di dunia timur tetapi di dunia barat juga ada ketika masyarakatnya masih sederhana.

Diantara para sarjana ada yang berushan menyusun teori tentang asal mula agama. Diantara mereka adalah para ahli filsafat, sejarah, sarjana-sarjana filologi yang ahli meneliti naskah-naskah kuno dengan bahasa kuno, dan sebagainya.

C. CARA MEMPELAJARI

Yang menjadi titik studi Antropologi Agama adalah bukan kebenaran ideologis melainkan kenyataan yang nampak yang berlaku, yang empiris, atau juga bagaimana hubungan pikiran sikap dan perilaku manusia dalam hubungannya dengan yang ghaib.

Beberapa cara dalam studi Antropologi Agama, yaitu dengan mempelajari dari sudut sejarah, ajarannya yang bersifat normatif, atau dengan cara deskriptif atau dan dengan cara yang bersifat empiris.

1. Metode Historis

Dengan metode yang bersifat sejarah yang dimaksud ialah menelusuri pikiran dan perilaku manusia tentang agamanya yang berlatar belakang sejarah, yaitu sejarah perkembangan budaya agama sejak masyarakat manusia masih sederhana budayanya sampai budaya agamanya yang sudah maju. Misalnya bagaimana timbul dan terjadinya agama tersebut dan lain-lain.

2. Metode Normatif

Dengan metode normatif dalam studi Antropologi Agama dimaksudkan mempelajari norma-norma (kaidah-kaidah, patokan-patokan atau sastra-asatra suci agama) maupun yang merupakan perilaku adat kebiasaan yang tradisional yang tetap berlaku, baik dalam hubungan manusia dengan alam ghaib maupun dalam hubungan antara sesama manusia yang bersumber dan berdasarkan ajaran-ajaran agama masing-maisng. Artinya berpangkal tolak pada norma-norma agama yang eksplisit berlaku, yang ideologis berlaku. Dengan metode ini akan ditemukan pikiran dan perilaku manusia dalam hubungannya dengan yang ghaib atau juga sesama manusia.

3. Metode Deskriptif

Dengan metode ini dalam Antropologi Agama dimaksudkan ialah bersaha mencatat, melukiskan, menguraikan, melaporkan tentang buah pikiran sikap tindak dan perilaku manusia yang menyangkut agama dalam kenyataan yang implisit. Adapun tentang kaidah-kaidah ajaran yang eksplisit tercantum dalam kitab-kitab suci dan kitab-kitab ajaran agama yang dikesampingkan.

4. Metode Empiris

Metode ini mempelajari pikiran sikap dan perilaku agama manusia yang diketemukan dari pengalaman dan kenyataan di lapangan. Artinya yang berlaku sesungguhnya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, dengan menitikberatkan perhatian terhadap kasus-kasus kejadian tertentu (metode kasus). Peneliti dituntut terlibat langsung, misalnya peneliti berperan langsung dapat menyaksikan terjadinya acara perkawianan yang berbeda agama atau perkawianan-perkawianan yang berlaku di antara para penganut agma suku dan sebagainya.

BAB III

AGAMA DAN BUDAYA

Agama adalah keyakinan sedangakan budaya adalah hasil akal pikiran dan perilaku manusia. Suatu keyakinan adalah hal yang mutlak berdasarkan kepercayaan manusia. Sedangkan ilmu pengetahuan merupakan hasil karya manusia berdasarkan kenyataan. Namun tidak dapat dibantah baik agama atau budaya berpangkal tolak dari adanya manusia, tidak ada agama tanpa manusia dank arena manusia budaya maka ada agama.

Mengapa sukar memisahkan agama dan budaya , oleh karena agama tidak akan dianut umatnya tampa budaya.

A. ISTILAH AGAMA

Agama artinya dengan istilah asing relige atau god sdienst(belanda) atau religion (inggris). Istilah agama berasal dari bahasa sansekerta yang perngertiannya menunjukkan adanya kepercayaan manusia berdasarkan wahyudari tuhan.dalam arti liguistik kata agama berasal dari suku kata A-GAM_A kata A berakti tidak , kata gam berarti pergi aau bejalan, sedangkan kata A merupakan kata sipat yang menguatkan yang kekal. Jadi istilah AGAMA mengandung arti pedoman hidup yang kekal (Hasan Shadily, Ensiki, 1980:105

Menurut kitab sunarigama istilah agama berasal dari kata A-GA_MA, kata A berakti Awang-awang’(kosong atau hampa),kata GA artinya Genah (bali :tampat)kata MA arinya matahari(terang bersinar).

B. ISTILAH RILIGI

Kata religi berasal dari bahasa asing ‘religie’ atau godsdienst’ (belanda) atau religion’ (inggris).menurut sidi gazalba ‘rligare’ dalam bahasa latin. Relegere’ maksudnya ialah berhati harti dan perngertian dasar (grondbegrip), yaitu dengan berpegang pada aturan –atauran dasar, yang menurut anggapan orang romawi bagwa regilare’ berarti mangikat, yaitu yang mengikat manusia dengan sesuatu kekuatan tenaga ghaib (sidi Gazalba 1962:18).

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa istilah religi mengandung arti kecenderungan batin (rohani ) manusia untuk berhubungan dengan kekuatan dalam alam semesta, dalam mencari nilai dan makna dari sesuatu yang berbada sama sekali dari apa yang didikenal dan dialami manusia. Kekuatan itu diangagap suci dan dikagumi karena luar biasa. manusia percaya bahwa yang kudus itu ada dan diluar kemampuan dan kekuasaanya. Oleh karenanya manusia berusaha menghormarmatinya, meminta perlidungan kepadanya dan menjaga keseimbangan dengan berbagai cara upacara.

Dalam pengertian yang lain istilah religi merupakan dan perilaku kebiaasaan yang teadisional berdasarkan tuntutan kitab-kitab suci yang merupakan himpunan peraturan keagamaan yang digunakan sebagai pedoman hidup manusia guna meningkaakan mutu kerohanisannya mencapai kesemputnaan . dengan demikian baik istilah agama ataupun religi yang dimaksu ialah menunjukkan adanua hungan antara manusia dengankekuasaan ghaib diluar kekuasaan manusia, berdasaekan keyakinan dan kepercayaan menutut paham atau ajaran agama dan kepercayaan masing-masing, baik bagi masyarakt yang masih sederhana budayanya maupun masyarakat yang sudah maju budanyanya

Nama agama. Istilah agama atau religi’ menunjukan pengertian bahwa manusia menganut kepercayaan kepada yang gaib. Pada masyarakat sederhana yang tidak mengenal istilah agama, kepercayaan kepada yang gaib merupakan sebagian dari adatnya yang tradisional. Jadi apa yang dinamakan ‘ agama suku’ adalah bagian dari ‘ adat suku’ yang menyangkut keagamaan.

Bagi umat islam pengertian istilah agama sebagai cara atau jalan berhubungan dengan tuhanNya digunakan istilah ‘syari’at tharikat, shiratal Mustaqim(jalan yang lurus). Jadi apabila digunakan penafsiran menurut islam, maka yang diartikan agama adalah apa yang disyariatkan llah dengan perantaraan para nabi-nya, yang berupa perintah-perintah dan larrangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan hidup manusia di dunia dan di akhirat.

Maka demikian cirri-ciri agama adalah terdiri dari:

1. Kepercayaan kepada tuhan yang maha esa,

2. Mengadakan hubungan dengan tuhan dan melakukan upacara (ritus) pemujaan dan permohonan.

3. Adanya ajaran tentang ketuhanan

4. Adanya sikap hidup yang ditumbuhkan oleh ketiga unsure tersebut, kepercayaan, adanya hubungan dengan tuhan dan ajarannya.

Dengan demikian kepercayaan yang tidak menunjukkan cirri-ciri tersebut merupakan budanya agama atau agama kebudayaan.

D . AGAMA SAMAWI DAN WAD’I

Dilihat dari sumber terjadinya agama, maka agama itu dapat dibedakan dalam dua kategori, yang dinamakan ‘agama samawi’ aau ‘agama langit, dan ‘agama wad’I atau ‘agama bumi’

1. Agama samawi adalah agama yang diungkapkan dengan wahyu’( revealed religion ) yang bersumber dari wahyu tuhan. Misalnya menurut agama Kristen kitab terakhir perjanjian baru adalah wahyu, yang didalamnya teologi dikatakan bahwa wahyu adalah pengalaman yang terakhir pada adanya cara yang baru sekali dalam memandang dnia dan kehidupan manusia. Pengalaman yang diterima berdasarkan wahyu itu karena tidak dapat terjadi melalui usaha akal pikiran penelaahan manusian, tetapi merupakan pengetahuan terhdap kebenaran yang diilhami. Namun wahyu tidak sama dengan ilham, oleh karena wahyu hanya dapat diterima para rasul dan nabi, sedangkan ilham hanya didapat oleh manusia selain rasul dan nabi.

2. Agama wad’I ialah agama duniawi [natural religion] yang tidak bersumber pada wahyu illahi melainkan hasil ciptaan akal pikiran dan perilaku manusia, oleh karenanya a disebut juga agama budaya’ agama wad’I lahir berdasarkan filsafat atau dari para penganjur agama bersangkutan. Termasuk dalam golongan agama ini antara lain seperti agama-agama hindu, agama budha, tao [sumber mutlak seluruh isi alam] yang disamakan dengan ‘ahuta mazda’ [persi], kong-hu-cu [k’ung fu-tze) dan berbagai aliran paham keagamaan lainya.

Ciri-ciri agama wad’I ialah sebagai berikut :

a. Konsep ketuhanannya tidak monetheis, bahkan tidak jelas.

b. Tidak disampaikan oleh rasul allah sebagai utusan tuhan.

c. Kitab sucinya bukan berdasarkan wahyu tuhan.

d. Dapat berubah tejadinya perubahan masyarakat pengaruhnya.

e. Kebenaran ajaran dasarnya tidak tahan kritik terhadap akal manusia.

f. System terasa dan berpikirnya sama dengan system merasa dan berpikir kehidupan masyarakat penganutnya.

Menurut agama hindu, weda adalah wahyu bukan buatan maha resi atau manusia, berdasarkan Manawa dharmacastra ll. 10. Jdadi agama hindu bukan agama budaya hasil cipta manusia (cudamani, 1987: 1-2)

E. AGAMA BUDAYA DAN BUDAYA AGAMA

A. Agama Budaya

Timbulnya agama budaya dalam alam pikiran manusia adalah dikarenakan adanya getaran jiwa yang disebut’emosi keagamaan’atau ‘religious emotion’ menurut koentjaraningrat emosi keagamaan ini biasanya pernah dialami setiap manusia. Walaupun getaran emosi itu mungkin hanya berlangsung untuk beberapa detik saja, untuk kemudian menghilang lagi. Adanya emosi keagaamaan itulah yang mendorong orang melakukan tindakan-tindakan yang bersifat religi (koentjaraningrat, 1979:394). Pendapat ini sejalan dengan pendapat E.durkheim dalam uraianya tnetang asal mula agama (1912), yang di Indonesia banyak dianut oleh para penganut aliran kepercayaan.

Jadi menurut pendapat tersebut yang menjadi sebab latar belakang orang berperilaku keagamaan, percaya kepada yang ghaib adalah dikarenakan ada dorongan emosi keagamaan dalam batin manusia sendiri. Karena adanua emosi keagamaan maka timbullah pemikiran, pendapat, perilaku kepercayaan terhadap sesuatu benda yang dianggap mempunyai kekuatan luar biasa, dianggap keramat atau dikeramatkan dan dianggap suci, serta disayangi atau ditakuti. Jadi dalam system merupakan unsure-unsur yang dipertahankan dan dilaksanakan para penganutnya sebagai berikut:

1. Memelihara emosi keagamaan.

2. Yakin dan percaya pada ghaib-ghaib,

3. Melakukan acara dan uopacara-uopacara tertentu.

4. Mempunyai sejumlah pengikut yang menaati.

Keempat unsur tersebut saling bertautan satu sama lain, yang kesemuanya berdasarkan keyakinan dan kepercayaan terhadap hal-hal yang ghaib, yang ditakuti atau disayagi, yang disebut tuhan, dewa-dewa, roh-roh atau makhluk halus disekitar jagad raya ini, baik yang bersifat jahat maupun yang bersifat baik.

Hasil karya yang timbul dari akal pikiran dan perilaku manusian dalam bentuk-bentuk nyata, dangan maksud agar emosi kegamaan tetap bergelora, agar keyakinan dan kepercayaan terhadap yang ghaib tetap kuat bertahan, agar acara dan upacara keagamaan berjalan sebagaimana mestinya, agar keyakinan akan kebenaran menurut ajaran agama dan keperecayaan masing-masing berkembang meluas di kalangan umat manusia, maka terjadilalah berbagai bentuk budaya agama.

B. Budaya Agama

Baik agama wahyu (samawi), seperti hindu, Kristen dan islam, maupun agama budaya (wad’I), seperti budha pada mulanya, dan berbagai ajaran keagamaan seperti tao, kong-hu-chu,dan berbagai aliran paham keagamaan dan kepercayaan pada yang ghaib, yang dianut masyarakat sederhana atau masyarakat sederhana atau masyarakat yang sudah maju, memiliki budaya agama, yaitu hasil. Hasil pemikiran dan perilaku budayayang menyangkut keagamaan. Budaya masing-masing, ada yang muncul dalam benak manusia berdasarkan kehendak yang diwahyukan tuhan kepada para nabi, dan ada yang muncul dalam benak manusia berdasarkan emosi keagamaan peribadi manusia sendiri

TEORI ASAL MULA AGAMA.

Ketika para sarjana mencoba merumuskan teori-teori tentang asal mula terjadinya agama, ilmu pengetahuan yang disebut antropologi belum ada, yang baru ada adalah etnografi, lukisan tentang suku-suku bangsa sederhana yang kemudian menjadi etnologi, yaitu ilmu tentang bangsa-bangsa (sederhana) para ahli yang berpendapat tentang asal mula agama adalah ahli sejarah c. de Brosses (1967) ahli filsafat August comte(1850) ahli filologi F.Max Muller 1880) dan lainya dan kemudia n muncul teori-teori dari para ahli antropologi seperti E.B. Tylor (1889) R.R.Marett (1909), J.G.franzer (1890) E.Durkheim (1912) dan W.Schmidt (1921) (koentjaraningrat (1966) ; 207-208) dari teori –teori mereka ini orang berpendapat bahwa perkembangan agama itu mulai dan animism, dinemisme, politeisme dan baru kemudian menoteisme.

A. TEORI TAYLOR

Sarjana yang diangap paling pertama kali mengemukakan pendapat bahwa asal mula dari agama adalah dinamisme’ paham tentang jiwa atau roh dia adalah sejana antopologi inggris E.B. Taylor dalam bukunya ‘primitive Culture’ mengapa manusia sderhana menyadari tentang adanya jiwa atau roh ,dikarenakan yang Nampak dan dialami sebagai berikut:

§ Peristiwa hidup dan mati

Bahwa adanya hidup karena adanya gerak, dan gerak itu terjadi karena adanya jiwa. Dan apa bila jiwa itu lepas dari tubuh maka berakti mati dan tubuh tidak bergerak.

§ Peristiwa mimpi

Bahwa ketika manusia itu tidur atau pingsan ia mengalami mimpi dimana tubuh itu diam dan masih ada gerak (nafas), tetapi ia tidak sadar karena sebagian dari jiwanya terlepas dan gnetanyangan ketempat lain.

Menurut taylor kepercayaan manusia sederhana terhadap jiwa latin;anima.) didalam sekitarnya itulah yang disebut animism yang merupakan asal mula agama, yang kemudian dikembangakan menjadi Dynamisme. Polytheisme, dan akhirnya menotheisme. Dengan demikian animism itu adalah paham kepercayaan manusia tetang adanya jiwa.

B. TEORI MARETT

Dikemukakan oleh R.R Marett seorang antropologi ingris di dalam bukunya The Threshold of Religion’ (1909), berarti setelah 36 tahun teori animism berkembang. Berpendapat bahwa bagi masyarakat yang budayanya masih sangat sederhana belum mungkin dapat berpikir dan menyadari tentang adanya ‘jiwa’ jadi katanya pokok pangkat dari perilaku keagamaan bukanlah kepercayaan terhadap roh-roh halus, melaikan timbul karena perasaan rendah diri manusia terhadap berbagai gejala dan peristiwa yang dialami manusia dalam hidupnya. Sehingga kekuatan itu bersifat ‘supernatural. Menurut marett kepercayaan terhadap adanya yang supernatural itu sudah ada sejak sebelum manusia menyadari adanya roh-roh halus (animesme). Oleh karenanya teori marett ini sering dikatakan pula prae-animesme.

C. TOERI FRAZER

Mengemukakan juga pendapat tentang asal mula agama adalah J.G.Frazer dalam bukunya The Golden Bough a Study in Magic and religion (1890) ia berpendapat bahwa manusia itu dalam memecahkan masalah berbagai macam dalam kehidupannya dengan menggunakan akal dan system pengetahuan. Akal manusia itu terbatas semakin rendah budaya manusia semakin kecil dan terbatas kemampuan akal pikiran dan pengetahuannya.

Megic itu adalah tanggapan hidup berbagai masyarakat bangsa, sejak jaman purba maupun sekarang masih ada. Orang memperkirakan bahwa para ahli magic itu dengan mantera, jimat dan upacara yang dilakukan dapat menguasai atau mempengaruhi alam sekitarnya.

Menurut frazer pada mulanya manusia itu hanya mengunakan magic untuk mengatasi masalah yang berada diluar batas kemampuan akalnya, kemudian dikarenakan ternyata usahanya dengan magic tidak berhasil maka mulailah ia percaya bahwa alam semesta ini didiami oleh para makhluk halus yang lebih berkuasa dari padanya. Seterusnya dengan makhluk-makhluk halus itu, sehingga dengan demikian timbullah agama(religi)

D. TEORI SCHIMIDT

Serjana Austria W.Schmidt juga mengemukakan teori tentang asal mula agama, atara lain dalambukunya ‘Die Uroffenbarung als Antang der Offenbarungen Gonttles (1921) yang berbeda dengan taylor. Schmindt mengemukakan bahwa ‘monotheisme’ kepercayaan terhadap adanya satu tuhan. Sesungguhnya kepercayaan terhadap adanya satu tuhan. Sesungguhnya bukan penemuan baru tetapi juga sudah tua. Pendapatnya ini sebenarnya berasal dari pendapat ahli sastra inggris A.lang, yang meramunya dari berbagai kesusasteraan rakyat dari berbagai bangasa di dunian dalam bentuk-bentuk dongeng yang melukiskan adanya tokoh dewa tunggal.

E. TEORI DUHKHEIM

Seorang sarjana filsafat dan sosiologi bangsa prancis, yang juga mengemukakan teorinya tentang asal mula agama dalam bukunya ‘les forms elementaires de la vie religieuse (1912).

Seperti halnya dengan marett yang mengemukakan kritiknya terhadap teori tylor, demikian pula durkheim yang berpendapat bahwa pada masyarakat yang masih sederhana tingkat budayanya belum mungkin dapaat menyadari dan memahami tentang jiwa yang berada dalam tubuh manusian yang hidup dan jiwa yang sudah lepas dari tubuh menjadi roh-roh halus dari orang yang sudah mati.

Menurut durkheim pengertian tentang emosi keangamaan dan sentimen-kemasyarakatan sebagaimana dikemukakan di atas adalah pengertian dasar yang merupakan inti dari setiap agama sedangkan kegiatan berhimpunya masyarakat,

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang hidup di kepulauan Nusantara di garis khatulistiwa. Lingkungannya dipenuhi dengan hutan rimba, pegunungan, sungai , danau, rawa-rawa dengan lautan yang luas. Dan binatang-binatang yang ada bermacam-macam dari yang ganas sampai yang jinak. Musim di nusantara hanya dua yaitu kemarau dan hujan tidak selamanya membahagiakan kehidupan manusia tetapi ada kalanya menimbulkan musibah seperti gunung meletus, banjir, kelaparan dan penyakit. Indonesia yang dipenuhi oleh flora dan faunanya menjadikan daya tariknya bukan hanya bagi manusia tetapi makhluk halus yang baik atau jahat. Karena itu bangsa Indonesia sudah senjak zaman purba, sebelum adanya agama-agama besar (Hindu-Budha, Kristen dan Islam) telah mengenal kepercayaan kepada kekuatan –kekuatan ghaib dan nenek moyang bangsa Indonesia di zaman purba sudah mengenal alam roh. Hal tersebut diperlihatkan dari suku bangsa di Indonesia yang masiih menggunakan kepercayaan lama.

BY: Taufik Rahman,Yudi Rahman,Raka,Isma


2 komentar:

  1. Kak, ada pembahasan tentang perilaku keagamaan bwt klas XI bahasa?

    BalasHapus
  2. utk membahas DI TII pendekatan apa yg lebih cocok

    BalasHapus